Senin, 17 Juni 2013

Aku Sudah Beristirahat dengan Tenang

Udara dingin yang membayangi
Menembus kulit, merasuk tulang
Aku hanya duduk terpaku meratap
Kudengar tangisan pilu dari segala penjuru
Miris rasanya
Entah apa yang terjadi disana
Aku hanya bisa terdiam dan meratap

Terselimuti sepi di alam mimpi
Terbaring aku dibawah naungan bulan
Komet yang berkejaran
Gugusan bintang yang saling mengedipkan pandang
Andromeda megah yang mengukir cerita

Angin berhembus berbisik tepat ditelingaku
Membawaku ke sebuah tempat
Tak ada yang bisa kulihat
Sunyi, sepi, seperti tidak ada tanda kehidupan manusia
Hanya nyanyian jangkrik yang menghiasi gelap itu

Langit sekejap menjadi gelap gulita
Suara jangkrik menghilang seketika
Tak bisa lagi kurasakan segala sesuatunya
Aku hanya ditemani sepi
Belenggu akhir dengan penuh tanda tanya

Setetes air dari langit jatuh menimpa wajahku
Tetes demi tetes berikutnya mulai turun dan turun
Kubiarkan badanku basah
Aku menangis dipelukan hujan
Badai seakan mengerti akan emosiku
Petir menyambar dengan hebat
Seolah mengusir segala amarah dan sedihku yang bercampur aduk
Aku hanya bisa mengadu kepada hujan
Dan gelap selalu bersamaku
Belum pernah aku bertemu sang mentari

Hujan terus turun seiring dengan jatuhnya air mataku
Hujan semakin deras dikala tangisku semakin menjadi
Aku rapuh tanpa penyangga
Tak ada kekuatan yang utuh
Aku hanya serpihan kecil dari jutaan serpihan masa lalu
Senyumku bagaikan kamuflase diantara topeng-topeng
Suram

Tangisku mereda dan hujan pun demikian
Aku bangkit dari simpuhku
Melangkahkan kaki mengukir jejak
Perjalanan masih panjang
Bangkit dan berjalanlah
Walaupun kau tak tahu kemana kau akan melangkah
Tak tahu arah tujuan
Yakin akan secercah cahaya yang mungkin akan datang menghampiri

Terseok di tengah kegelapan
Dengan belenggu yang mengikat tubuhku
Aku terjatuh dengan menahan perih di tubuhku
Hanya pasrah akan nasibku berikutnya

Semburat cahaya muncul seketika ditengah pasrahku
Sinar-sinar yang lembut mengusap sisa-sisa air mataku
Apakah ini mentari?
Aku tersadar
Tubuhku terasa ringan
Belenggu itu telah hilang

Apakah ini kebebasan?
Aku melayangkan pandanganku ke puncah tertinggi
Melemparkan mataku ke arah genangan air yang luas
Menuruni bukit dengan senyum
Tampak samar olehku sesosok penuh kharisma
Mengulurkan tangan dan mengajakku pergi
Pergi jauh dan meninggalkan dunia yang gelap penuh dosa
Sampaikan salamku akan Telaga Warna

Angin bertiup lembut
Perlahan aku terangkat
Meninggalkan daratan dan aku terus naik
Naik menghampiri sang mentari
Menggapai mimpi dengan senyuman
Tanpa gangguan air mata duka
Aku sudah beristirahat dengan tenang

Yogyakarta, 17 Juni 2013
Areli Tabitha