Terduduk pada hamparan pasir dan menyandarkan
punggung ke batang pohon kelapa. Termangu menatap langit. Tampak sesosok
manusia dalam lamunanku. Ia dan impian-impiannya. Terkadang aku iri dengannya.
Yang bisa bermimpi dan bebas mengekspresikan fantasi. Sedangkan aku? Layaknya
tawanan dalam penjara yang kerap kali terluka jika tidak mengikuti apa yang
diperintahkan. Aku hanya ingin bebas. Aku bukanlah anjing yang dikurung didalam
kandangnya. Aku bukanlah tawanan kriminal yang harus dirantai tangan dan
kakinya. Aku bukanlah budak yang bisa seenaknya diperintahkan atau disiksa. Aku
ingin bebas. Biarkan aku mengambil jalan hidupku sendiri.
Lamunanku buyar. Disambut dengan air mata yang
mengalir dengan derasnya mengarungi wajahku. Terbersit akan sebuah ruangan
serba putih dan bau rumah sakit. Berjalan dalam lamunan dan terus berjalan
mendapati sesosok manusia. Hanya bisa diam dan menatap. Sebuah harapan masa
lalu yang tersampaikan. Berlari memeluk sesosok itu. Aku dapat merengkuhnya,
bahkan lebih lama. Tak ingin lagi aku sepi. Tak ingin lagi aku jauh. Air mata
kebahagiaan yang meleleh dari sepasang manusia. Belaian lembut dan dekapan
hangat. Tak ingin lepas. Dan ciuman ini pun terasa lebih manis. Aku tersadar.
Akhir yang bahagia tidak hanya ada dalam dongeng. Walau harus menghadapi
gelombang badai yang teramat besar, suatu saat pasti akan terbalas dengan
kebahagiaan yang tak terhingga, sampai akhir hayat, sampai kematian memisahkan,
dan sampai bertemu lagi dalam sebuah melodi dunia keabadian.